Source : www.pixabay.com |
Remang-remang. Lampu kamar yang sangat terang sudah kuganti dengan lampu tidur Popeye pemberian darinya beberapa tahun silam.
"Selamat malam, Sayang. Tidur yang nyenyak."
jarum pendek jam dinding di kamar sudah menunjuk angka 11 saat aku mengucapkan ini padanya. Malam sudah terasa semakin dingin, mengharuskan kami untuk masuk ke dalam selimut. Aku masih menatap wajahnya dalam-dalam, matanya masih saja belum mau terpejam.
jarum pendek jam dinding di kamar sudah menunjuk angka 11 saat aku mengucapkan ini padanya. Malam sudah terasa semakin dingin, mengharuskan kami untuk masuk ke dalam selimut. Aku masih menatap wajahnya dalam-dalam, matanya masih saja belum mau terpejam.
"Besok aku berangkat jam 6 pagi." bukannya mengiyakan ucapanku dan segera tidur, dia malah memulai kembali pembicaraan. Sepertinya kantuk belum menyerangnya. Tapi malam sudah terlalu larut untuk kami bercerita.
"Iya aku tau. Makanya sekarang tidur. Merem ya." Aku sedikit memaksa. Dia harus segera tidur karena besok harus ke kantor lebih pagi dari biasanya.
Centang biru, itu artinya dia sudah membaca chatku tadi. Beberapa menit setelah membaca pesanku dia tidak lagi mengatakan apa-apa. Sepertinya dia benar-benar langsung memejamkan mata menuruti perintahku. Kutarik selimutku dan mencoba memejam mata menyusulnya. Tapi rasa rindu yang masih menggebu sangat mengganggu. Mata mencoba terpejam tapi otak terus saja memikirkannya. Ahh! Aku sendiri tidak bisa tidur. Padahal aku sudah menyuruhnya tidur. Payah!
"Tok tok tok.." aku memilih nada knock untuk notifikasi chat masuk handphoneku. Chat dari siapa lagi sudah malam begini, pikirku.
"Aku udah coba merem tapi nggak bisa. Aku masih kangen kamu." Senyumku langsung mengembang setelah membaca chat darinya. Ternyata, ada rasa yang sama malam ini.
Cie cie.. Asyik asyikkk.. Karena ada rasa yang sama tentang rindu yang menggebu dan bikin gak bisa tidur.
ReplyDeleteLuar biasa sekali kisahnya. Sampai susah tidur begitu.
ReplyDeleteaku jadi ikut tersenyum, dasar aku.
ReplyDelete